Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Rabu, 24 April 2013

Merambah Ideologi Mahasiswa (Universitas) Indonesia Soe Hok Gie



Soe Hok Gie merupakan mahasiswa Universitas Indonesia yang hidup dan beraktivitas selayaknya mahasiswa pada umumnya, namun terselip perbedaan yang mendasar  pada dirinya, yaitu kemauan dan kepekaan kepada ideology bagi para mahasiswa yang terus menerus terhimpit oleh rasa tertindas akibat kekuasaan para pemimpin yang sewenang-wenang.  Soe Hok Gie adalah seorang mahasiswa dengan latar belakang yang tidak terlalu hebat, tapi dia punya kemauan melibatkan diri dalam pergerakan. Dia selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan bangsanya, memperbaiki dan terus mencari solusi terhadap keburukan suatu bangsa yang tercermin setidaknya pada lingkup Universitas yang saat itu sebagai tolak ukur pergerakan mahasiswa di Indonesia.
Soe Hok gie juga memiliki minat pemikiran yang luas dan mampu menyikapi persoalan secara analisis dengan baik dan cenderung hitam-putih.
Sejak SMP watak untuk melawan kesewenang-wenangan sudah jelas terlihat jelas. Dalam catatannya dia mengemukakan bahwa seorang murid jangan seperti kerbau yang dicocok hidungnya karena takut akan nilai jelek yang diberikan oleh guru. Padahal sang murid tahu bahwa guru tersebut yang salah.
Gie adalah seorang yang gigih dan berpegang teguh terhadap apa yang ia perjuangkan, menemukan dan memberikan solusi-solusi atau gagasan yang realistis terhadap masalah dan apa yang terjadi, oleh karna itu Gie merupakan kiblat ideologi perjuangan mahasiswa Indonesia saat itu. Seorang yang rela mati-matian demi mempertahankan argumennya dan rela berkorban demi kemajuan ideologi suatu golongan.
Keberanian dan ketegasannya dalam menyuarakan “kebenaran menurutnya” inilah yang menjadikan sosok Soe Hok-gie sebagai profil cendekiawan yang terus-menerus gelisah. Ia tak tahan menyaksikan berbagai penderitaan yang dialami rakyat Indonesia. Inilah bentuk nasionalisme yang nyata, keadilan sosial yang harus ditegakkan. Banyak tulisan dengan analisisnya yang mendalam menyoroti berbagai persoalan yang terjadi pada masa-masa krisis peralihan Orde Lama ke Orde Baru. Disinilah Gie juga dianggap sebagai salah seorang tokoh kunci Angkatan ’66.
Cuplikan catatan Soe Hok Gie yang mampu membuka gerbang pergerakan di sanubari mahasiswa adalah :
Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi, dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.”
“Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.”
Nasionalisme yang diperlihatkan Gie adalah nasionalisme yang telah melampaui jamannya. Kurun 1960an, nasionalisme dikalangan masyakat Indonesia beridentikan ormas, ras, atau suku bangsa tertentu. Bagi masyarakat umum, nasionalisme sudah terisi dengan melakukan cinta tanah air meskipun itu secara buta. Soe Hok-gie lain. Bagi Gie, nasionalisme adalah kesadaran akan keadilan sosial bagi semua rakyat Indonesia, sama seperti sila kelima Pancasila.
Soe Hok Gie dengan perjuangan dan pergerakan idealisme “kemahasiswaannya” membawanya menembus tirani dan “penjara” pemerintahan orde lama maupun orde baru. Merevolusi kesadaran itulah sebenarnya yang mesti kita benahi jika masih meyakini bahwa merekonstrusi perubahan ke arah yang lebih progresif adalah bagian dari salah satu tugas intelektual  seluruh  mahasiswa.
Sebuah tuntutan yang harus digulirkan kepada gerakan mahasiswa, adalah bagaimana mengembalikan ruh  idealisme  gerakan mahasiswa pada hakekatnya. Sebagai gerakan yang progresif, kritis dan independen, dengan begitu maka akan terwujud dan terbangun tatanan demokrasi yang kita idamkan selama ini.
Karakter yang menarik dari semua aktivis gerakan mahasiswa adalah mereka yang memenuhi persyaratan :
  1. Mempunyai prestasi akademik yang baik (IPK diatas rata-rata).
  2. Basic organisasi yang kuat, karena mengalami pengkaderan yang berjenjang dari tingkatannya, bukan aktivis instant yang hanya mengejar popularitas sesaat.
  3. Santun dalam bertingkah cerdas dalam berfikir (ahlakul kharimah), dan menjadi panutan mahasiswa lainnya.
  4. Mampu me-manage (mengatur) waktu, bukan waktu yang mengaturnya.
  5. Mampu menuangkan pokok pikiran dan ide-ide nya kedalam tulisan. Gerakan penyadaran tidak hanya dalam bentuk aksi jalanan melainkan dalam bentuk tulisan  essai, tabloid, majalah, dan koran pelajar  juga.
Jika anda sebagai mahasiswa mempunyai semua kriteria seperti diatas, maka anda layak menyandang predikat sebagai aktivis mahasiswa sejati. Jika belum, maka baiknya disarankan anda banyak belajar, belajar dan belajar. Menjunjung tinggi ideologi dan hak-hak kita sebagai mahasiswa untuk turut andil dalam memperbaiki keadaan yang mungkin telah buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar