Menjadi tantangan bagi arsitek
Indonesia untuk menciptakan lingkungan yang hijau.
Jakarta - Meningkatnya jumlah penduduk di kawasan perkotaan akibat
banyaknya warga di pedesaan yang bermigrasi berdampak pada wilayah perkotaan
menjadi padat dan ruang terbuka hijau semakin menurun.
Untuk itu, kalangan arsitek di
Indonesia, diminta untuk bisa membangun konsep perkotaan yang hijau, supaya
kawasan perkotaan tetap nyaman dan aman untuk ditinggali.
Direktur Jendral (Dirjen) Tata
Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum M Basuki Hadimulyo mengatakan, tingginya
migrasi penduduk dari perdesaan ke kota ini untuk mencari hidup yang layak,
maka semakin padat jumlah penduduk kota.
Dari hasil data 2010 di kementerian
PU, kata Ditjen Tata Ruang, 50% lebih penduduk Indonesia itu berada diperkotaan
dari total jumlah penduduk sebesar 240 juta. Diperkirakan pada tahun 2025
nanti, jumlah penduduk yang tinggal diperkotaan bisa mencapai 68%.
“Saya kira ini tantangan buat
arsitek Indonesia, agar menciptakan lingkungan yang hijau, baik hunian maupun
juga green city dan juga green building. Karena kedepan Kota akan menjadi
serbuan penduduk di pedesaan,” kata Basuki, dalam seminar “Arsitek untuk Bumi,”
di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (22/5).
Basuki mengatakan, ketimpangan
ekonomi di desa yang cukup tertinggal jauh dan masyarakat yang ingin mencari
hidup yang layak membuat orang berlomba-lomba mencari pekerjaan yang layak di
perkotaan.
Satu sisi kawasan perkotaan juga
mempunyai kapasitas terbatas dalam menampung penduduknya. Hal ini yang
kemudian, kawasan perkotaan tumbuh dengan cepat kawasan hunian padat dan tanpa
memikirkan dampak dari perubahan iklim yang ada.
Saat ini, lanjut dia, sudah ada
perubahan mindset (pola pikir) penduduk Indonesia, dulu, katanya sungai itu
dijadikan sebagai kawasan untuk irigasi atau mengairi areal pertanian. Tetapi
sekarang sungai itu sudah dijadikan sebagai kawasan wisata, bukan lagi menjadi
tempat untuk mengairi lahan pertanian.
"Sehingga sering sekali kita
lahan pertanian mengalami kekeringan, banjir, longsor dan lainnya karena ada
perubahan mindset tersebut,” ujarnya.
Karena itu, lanjut dia, peran dari
arsitek untuk bisa menciptakan dan membangun kawasan hijau, baik itu untuk
kawasan perkotaan, bangunan gedung, hunian dan lainnya. Apalagi saat ini sudah
adanya pemanasan global yang berdampak kepada perubahan cuaca.
"Tantangan arsitek perkotaan
cukup besar dan ini harus dilakukan. Apalagi ada faktor iklim yang ekstrim,
banjir dan kekeringan, yang terus terjadi di Indonesia, bagaimana menciptakan
kawasan hijau,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Walikota
Surabaya, Jawa timur, Tri Rismaharini mengakui untuk menciptakan green city dan
green building tidaklah mudah, karena ada dampak sosial lainnya. Namun begitu,
kata dia, pemerintah kota Surabaya terus melakukan penataan kota, agar lebih
hijau kembali.
"Saat ini kami sudah berupaya
maksimal, agar ruang terbuka hijau kawasan perkotaan terus meningkat dan saat
ini Kota Surabaya sudah mencapai 22,26%,” kata dia.
Menurut dia, beberapa taman kota
mulai dibangun, dengan berbagai jenis tanaman, termasuk jalan raya dan juga
pantai akan direklamasi menjadi kawasan hijau. “Ini komitmen kami, agar
Surabaya ini menjadi kota yang enak dikunjungi dan ditinggali,” katanya.
Hasil tersebut, terbukti, kata dia,
pemerintah pusat termasuk Kapolri menyambut positif bahwa Kota Surabaya nyaman
untuk tempat tinggal, karena tindak kriminal juga terus menurun, karena
penataan kawasan yang baik.
Penulis: IMM/FER
Sumber:Investor Daily
Tidak ada komentar:
Posting Komentar