Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Kamis, 23 Mei 2013

Arsitek Indonesia Wajib Ciptakan Bangunan Ramah Lingkungan

Menjadi tantangan bagi arsitek Indonesia untuk menciptakan lingkungan yang hijau.

Jakarta - Meningkatnya jumlah penduduk di kawasan perkotaan akibat banyaknya warga di pedesaan yang bermigrasi berdampak pada wilayah perkotaan menjadi padat dan ruang terbuka hijau semakin menurun.

Untuk itu, kalangan arsitek di Indonesia, diminta untuk bisa membangun konsep perkotaan yang hijau, supaya kawasan perkotaan tetap nyaman dan aman untuk ditinggali.
Direktur Jendral (Dirjen) Tata Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum M Basuki Hadimulyo mengatakan, tingginya migrasi penduduk dari perdesaan ke kota ini untuk mencari hidup yang layak, maka semakin padat jumlah penduduk kota.
Dari hasil data 2010 di kementerian PU, kata Ditjen Tata Ruang, 50% lebih penduduk Indonesia itu berada diperkotaan dari total jumlah penduduk sebesar 240 juta. Diperkirakan pada tahun 2025 nanti, jumlah penduduk yang tinggal diperkotaan bisa mencapai 68%.
“Saya kira ini tantangan buat arsitek Indonesia, agar menciptakan lingkungan yang hijau, baik hunian maupun juga green city dan juga green building. Karena kedepan Kota akan menjadi serbuan penduduk di pedesaan,” kata Basuki, dalam seminar “Arsitek untuk Bumi,” di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (22/5).
Basuki mengatakan, ketimpangan ekonomi di desa yang cukup tertinggal jauh dan masyarakat yang ingin mencari hidup yang layak membuat orang berlomba-lomba mencari pekerjaan yang layak di perkotaan.
Satu sisi kawasan perkotaan juga mempunyai kapasitas terbatas dalam menampung penduduknya. Hal ini yang kemudian, kawasan perkotaan tumbuh dengan cepat kawasan hunian padat dan tanpa memikirkan dampak dari perubahan iklim yang ada.
Saat ini, lanjut dia, sudah ada perubahan mindset (pola pikir) penduduk Indonesia, dulu, katanya sungai itu dijadikan sebagai kawasan untuk irigasi atau mengairi areal pertanian. Tetapi sekarang sungai itu sudah dijadikan sebagai kawasan wisata, bukan lagi menjadi tempat untuk mengairi lahan pertanian.
"Sehingga sering sekali kita lahan pertanian mengalami kekeringan, banjir, longsor dan lainnya karena ada perubahan mindset tersebut,” ujarnya.
Karena itu, lanjut dia, peran dari arsitek untuk bisa menciptakan dan membangun kawasan hijau, baik itu untuk kawasan perkotaan, bangunan gedung, hunian dan lainnya. Apalagi saat ini sudah adanya pemanasan global yang berdampak kepada perubahan cuaca.
"Tantangan arsitek perkotaan cukup besar dan ini harus dilakukan. Apalagi ada faktor iklim yang ekstrim, banjir dan kekeringan, yang terus terjadi di Indonesia, bagaimana menciptakan kawasan hijau,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Walikota Surabaya, Jawa timur, Tri Rismaharini mengakui untuk menciptakan green city dan green building tidaklah mudah, karena ada dampak sosial lainnya. Namun begitu, kata dia, pemerintah kota Surabaya terus melakukan penataan kota, agar lebih hijau kembali.
"Saat ini kami sudah berupaya maksimal, agar ruang terbuka hijau kawasan perkotaan terus meningkat dan saat ini Kota Surabaya sudah mencapai 22,26%,” kata dia.
Menurut dia, beberapa taman kota mulai dibangun, dengan berbagai jenis tanaman, termasuk jalan raya dan juga pantai akan direklamasi menjadi kawasan hijau. “Ini komitmen kami, agar Surabaya ini menjadi kota yang enak dikunjungi dan ditinggali,” katanya.
Hasil tersebut, terbukti, kata dia, pemerintah pusat termasuk Kapolri menyambut positif bahwa Kota Surabaya nyaman untuk tempat tinggal, karena tindak kriminal juga terus menurun, karena penataan kawasan yang baik.

Penulis: IMM/FER

Sumber:Investor Daily

Tidak ada komentar:

Posting Komentar